Cari Blog Ini

Senin, 13 April 2020

Arti Sejati Sahabat



ARTI SEJATI SAHABAT




Suatu pagi di Desa Mekarlayu terdengar suara burung yang menghiasi dinginnya pagi. Pagi-pagi itu terdengar suara riuhnya pengunjung warung Bu Narti yang terdengar keras dari kamar Diki. Karena Ibu Narti memang Ibu dari Diki. Jadi secara tidak langsung suara di warung akan terdengar di kamar Diki yang memang satu atap dengan warung. Diki memang lahir di keluarga yang kaya karena usaha dari orangtuanya.  Pada pagi itu Diki berpamitan kepada Ibunya dan Pak Narto bapaknya untuk pergi ke sekolah.
            “Selamat pagi Bu, Diki sekolah dulu ya Bu” pamit Diki kepada Ibunya.
            “Iya Nak, ini uang jajannya untuk seharian, ingat ya ini untuk sehari tidak hanya saat kamu sekolah saja” Kata Ibu Narti sembari memberi uang jajan kepada Diki.
            “Siap Bu, nanti saya hemat uangnya supaya cukup untuk jajan seharian, saya berangkat dulu Bu sekalian menjemput Rama supaya bersama-sama berangkat sekolahnya” Sahut Diki sembari bersalaman kepada Ibunya dan mulai berjalan ke luar rumah.
            “Nah... gitu Nak, kamu harus bisa membagi uang, jika kamu dari sekarang sudah biasa membagi uang, saat kamu dewasa kelak akan mudah untuk mengatur pengeluaran kebutuhan hidup, yasudah Nak, sana segera ke rumah Rama, ini sudah siang nanti terlambat loh” kata Ibu Narti kepada Diki.
Diki segera berangkat dari rumahnya ke rumah Rama untuk menjemput Rama dan berangkat ke sekolah bersama-sama. Diki berangkat dari rumahnya denga berjalan kaki, karena jarak rumah Diki dan ke rumah Rama memang tidak jauh, kira-kira 150 meter. Sesampainya di rumah Rama, Diki segera memanggi Rama.
            “Rama... Rama... ayo berangkat ke sekolah!” teriak Diki di depan rumah Rama yang masih sepi
Tidak lama kemudian, keluar Ibu Ginah dari rumah Ramah.
            “Ada apa Nak Diki, kok pagi-pagi gini teriak-teriak manggil Rama? Ramanya baru mandi Nak Diki” kata Ibu Ginah menjawab teriakan Diki.
            “Ini saya mau mengajak Rama untuk berangkat sekolah bersama, tapi ini sudah siang, apalagi Rama juga baru mandi, yasudah saya tinggal dulu ya Bu” Jawab Diki dengan muka yang muram.
            “Mbok ya ditunggu dulu sebentar, sini.. duduk dulu, saya buatkan susu atau teh dulu Nak” tawaran Bu Ginah kepada Diki.
            “Tidak usah Bu, ini sudah mepet, nanti saya malah terlambat, biar berangkat sendiri aja Rama” sahut Diki kepada Ibu Ginah sembari Diki mulai pergi dari rumah Rama.
Diki melanjutkan perjalan ke sekolah dengan sendiri dan Ibu Ginah masuk lagi kedalam rumah. Di dalam rumah Ibu Ginah membuatkan kopi dan susu untuk Pak Jayadi dan untuk Rama. Setelah selesai membuatkan minuman dan Rama sudah selesai mandi, Ibu Ginah membawanya ke ruang keluarga dan mereka minum bersama.
            “Tadi siapa Bu yang teriak-teriak memanggi Rama? Kok manggil harus keras-keras, padahal masih pagi gini” tanya Pak Jayadi.
            “Iya... Bu, tadi siapa yang manggil Rama? Padahal Rama baru mandi Bu” tanya Rama juga kepada Ibunya.
            “Jadi yang manggil Rama teriak-teriak tadi itu Diki Pak, Nak. Diki mau mengajak ke sekolah bersama, tetapi Rama kan baru mandi, ibu suruh duduk dulu ehh.... malah dia berangkat sendiri, katanya takut terlambat datang ke sekolah” Jawab Ibu Ginah kepada Pak Jayadi dan Rama.
            “Padahal ini juga masih pagi lho Bu, kok sudah takut terlambat” kata Pak Jayadi sembari membaca koran.
            “Iya Bu, padahal ini masih pagi lho Bu, kok sudah takut terlambat, yasudah Rama ganti baju dulu yaa, siap-siap mau berangkat ke sekolah” kata Rama
Rama mulai beranjak dari duduk dan berjalan menuju kamarnya untuk berganti baju dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tapi dia tetap heran terhadap sikap Diki yang tidak jadi berangkat bersama dan malah meninggalkan Rama berangkat sendiri. Rama pun berganti baju keluar dari kamar dan berpamitan kepada Bapak Ibunya.
            “Pak, Bu, Rama berangkat ke sekolah dulu ya..” pamit Rama kepada kedua orangtuanya
            “Wo.. ya... hati-hati ya Nak, belajar yang baik, niatkan ke sekolah untuk mencari ilmu” pesan Ibu Ginah kepada Rama
            “Iya Nak, apa yang dikatakan Ibumu memang benar, banyak pelajar sekarang yang pergi ke sekolah niatnya tidak untuk menimba ilmu” tambah Pak Jayadi menguatkan apa yang dikatakan Ibu Ginah.
            “Siap Pak, Bu, Rama akan belajar dengan baik dan berniat sekolah untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya, Rama pamit dulu ya, Pak, Bu” jawab Rama kepada orangtuanya sembari berpamitan untuk pergi ke sekolah.
Rama berangkat dengan jalan kaki, Ia sangat menikmati perjalanannya ke sekolah dengan melihat indahnya pemandangan di sekeliling jalan yang Ia lewati. Tetapi Rama masih bertanya-tanya, mengapa Diki berangkat sekolah pagi-pagi dan tidak mau menunggui. Tetapi Ia masih berpikiran positif kalau Diki mungkin mau piket di kelas. Sesampainya di sekolah Rama langsung menuju ke kelasnya. Sesampainya di kelas Ia menemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri. Ternyata tujuan dari Diki berangkat sekolah pagi-pagi adalah untuk meniru jawaban PR temannya.
            “Kata Ibuku tadi kamu ke rumahku mau mengajak berangkat sekolah bersama” kata Rama kepada Diki.
“Iya memang benar tadi pagi aku ke rumahmu, mau mengajakmu berangkat sekolah bersama-sama” jawab Diki.
            “Tapi kenapa aku kau tinggal, padahal juga masih pagi?” tanya Rama kepada Diki
            “Aku belum mengerjakan PR, kalau aku menunggumu aku tak mungkin bisa menyelesaikan PR ini, tujuanku tadi ke rumahmu ya bukan lain untuk meniru pejerkaan PR mu, tapi malah kamu baru mandi, yasudah aku berangkat ke sekolah sendiri dan sampai di sekolah bisa meniru yang lain” jawab Diki kepada Rama.
            “Owalah Dik.. Diki, harusnya kamu mengerjakan PR mu di rumah, malah kamu kerjakan di sekolah, nyontek lagi, Astaghfirullah” nasihat Rama kepada Diki.
Bel masuk pun berbunyi, menandakan semua siswa harus masuk ke ruang kelas masing-masing. Semua membaca buku di kelas karena setelah bel masuk ada jam literasi selama 15 menit. Setelah jam baca selesai dan guru sudah masuk kelas, terdapat pengumuman dari guru yang sangat menarik.
            “ Selamat pagi anak-anak” Ibu Guru memulai interaksi di kelas
            “ Selamat pagi Bu” jawab para siswa.
            “ Ini Ibu Guru mendapat amanah untuk menyampaikan pangumuman ke para siswa yang ada di kelas ini” kata Ibu Guru.
            “Pengumuman apa Bu?” tanya Rama kepada Ibu Guru.
            “Jadi begini, besok akan diadakan lomba futsal antar kelas di sekolah,Ibu sebagai wali kelas hanya berpesan tolong persiapkan dengan baik sehingga dapat membanggakan kelas ini.” Ibu Guru menginformasikan kepada para siswa.
            “Siap Bu, kami akan perjuangkan dengan semaksimal mungkin dan kita pasti juaranya” kata Diki dengan penuh semangat. 
            “Yasudah nanti sepulang sekolah kalian bisa latihan, tolong dimaksimalkan, sekarang pelajaran dulu” kata Ibu Guru.
Setelah Ibu Guru selesai menyampaikan pengumuman, pelajaran pun dimulai. Para siswa sudah tidak sabar untuk latihan, sehingga besok bisa menyelesaikan pertandingan futsal dengan kemenangan. Setelah pelajaran pagi selesai, istirahat untuk sholat dzuhur tiba. Diki, Rama dan teman-temannya membahas dan menindaklanjuti pengumuman yang diberikan Ibu Guru tadi.
            “Ayo nanti sepulang sekolah kita latihan futsal, supaya besok bisa mendapat hasil yang maksimal” ajak Rama kepada teman-temannya.
            “Ayo, tapi dimana ya latihannya?” tanya Rudi
            “Bagaimana kalau di jalanan saja?” Titra memberikan tawaran
            “Jangan di jalanan, itu bahaya lagipula banyak pengendara yang dapat membahayakan” jawab Rindra.
            “Bagaimana kalau di sawah saja? Lagipula sawah bapaku masih belum ditanami” Rama memberikan tawaran.
            “Siap, setuju, yasudah nanti sehabis pulang sekolah kita berkumpul di rumah Rama, supaya kita bisa berangkat bersama-sama” sahut Diki.
            “Oke.. setuju kalau begitu” jawab teman-teman Diki kompak.
Bel pulang sekolahpun berbunyi, tanda semua siswa untuk pulang. Semua siswa berbondong-bongdong keluar kelas dan pulang bersama-sama. Seluruh kelas akan bersiap-siap untuk menyambut pertandingan futsal besok di sekolah. Semua kelas akan mempersiapkan diri untuk menjadi yang terbaik dan bisa mengharumkan nama kelas masing-masing. Walau hanya antar kelas, pengalaman tahun lalu, gengsi sebagai pemenang sangat besar. Tidak heran jika semua mempersiapkan dengan matang supaya menjadi yang terbaik. Sesampainya di rumah masing-masing, mereka langsung berganti pakaian dan bersiap-siap untuk berlatih futsal di sawah. Mereka pun berkumpul di rumah Rama.
            “Rama... Ramaa....” Panggil Titra di depan rumah Rama.
            “Tunggu sebentar ya Tra” Jawab Rama dari dalam rumah.
            “Siap Ram... Nggak usah terburu-buru, nanti malah jatuh loo..hehehehe” Balas Diki dari luar.
Tidak berselang waktu lama, Rama keluar rumah dan menemui Diki.
            “Loh Dik, kok kamu cuma sendiri? Yang lain pada kemana?” Tanya Rama
            “Mungkin baru perjalanan di jalan.” Jawab Diki.
            “Yasudah kita tunggu dulu, mungkin mereka juga baru perjalanan ke sini” Sahut Rama.
Sekitar 10 menit kemudian, Tittra, Rindra, dan Rudi datang ke rumah Rama dan berkumpul bersama Diki juga.
            “Akhirnya datang juga kamu, udah dari tadi ditungguin, eh malah baru dateng” Kata Diki tidak sabar.
            “Iya memang kami terlambat, tetapi kami punya alasan nggak bisa tepat waktu” Jawab Rindra.
            “Yasudah, mari kita ke lapangan! Keburu sore nih” Ajak Rama kepada semua temannya.
            “Ayo...!” Jawab teman-teman Rama dengan kompak.
Mereka pun bersama-sama berangkat ke sawah untuk berlatih futsal, supaya besok bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat membanggakan kelas tercinta. Yang paling penting adalah mereka semua bisa berlatih dan besok tampil dengan kekuatan penuh. Sesampainya di sawah mereka langsung membuat gawang dengan ranting pohon dan memulai latihan futsalnya dengan mandiri, tanpa ada pelatih yang sellau mendampingi mereka.
            “Ayo teman-teman! Kita buat gawang dari ranting pohon yang sudah jatuh dengan cara menancapkan ke dalam tanah” Kata Rama.
            “Ayo Ma setuju! Supaya kita juga bisa tahu mana targetnya” Sahut Rudi.
Setelah mereka selesai membuat lapangan mereka langsung berlatih dan memposisikan sesuai dengan formasi yang akan digunakan besok.
            “Siapa ini yang akan jadi kapten tim kita?” Tanya Rama.
            “Bagaimana kalau kamu saja Ram, menurutku kamu sangat cocok untuk posisi itu” Jawab Rindra.
            “Iya Ram, aku juga setuju jika kamu sebagai kapten tim” Sahut Rudi dari kejauhan.
            “Aku juga setuju Ram, apabila kamu menjadi kapten di kelas ini” Tambah Risfi.

Akhirnya setelah perdebatan panjang, terpilihnya kapten tim, yaitu Rama. Setelah pertandingan selesai mereka pulang dan beristirahat dengan baik supaya besok bisa bertanding dengan tenaga yang penuh dan tidak kelelahan. Mereka juga bersiap-siap apa yang akan dibawa mereka besok untuk peratandingan futsal. Tak terasa waktu seharian telah selesai, pagi pun sudah menampakan sang Mentari yang menghangatkan dinginnya pagi hari di pedesaan. Semua siswa pun meminta doa restu dari orang tua masing-masing supaya dapat diberi kemudahan dan kelancaran. Semua siswa pun berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, semua siswa dikumpulkan di lapangan upacara untuk melihat pertandingan futsal.
            “Nanti mainnya nggak usah terburu-buru dan sabar saja” Tutur Rama.
            “Ngapain sih Ram? Dari kemarin kok menyela terus dan memberikan nasehat terus” Balas Diki.
            “Menurutku baik juga usulan dari Rama”Kata Rudi.
Mereka pun melakukan pemanasan supaya tidak cidera saat bermain nanti. Tidak lama kemudian tim kelasnya dipanggil untuk melakukan pertandingan melawan kelas sebelah. Pertandingan berjalan seru dan sangat sengit. Karena sistem gugur maka harus diambil pemenang, jadi karena skor masih imbang maka diadakan babak tendangan adu penalti. Namun pada penendang terakhir yaitu Diki, bola tidak masuk ke dalam gawang. Sehingga tim kelasnya tersingkir di babak awal. Diki merasa sangat kecewa karena tendangannya tidak masuk kedalam gawang dan menyebabkan kelasnya tidak lolos ke fase berikutnya. Tetapi teman yang lainnya tetap memberikan dukungn kepadanya dan memberinya motivasi yang menguatkannya.
            “Maaf teman-teman, gara-gara aku kita semua jadi kalah” Kesal Diki terhadap dirinya sendiri.
            “Kamu nggak salah kok Dik, kita itu satu tim, ini hasil kita semua, bukan hanya hasilmu saja, kita harus mensyukuri hasilnya, karena memang ini yang pantas kita dapatkan jadi ini bukan salahmu seorang” Jawab Rama.
            “Iya benar Dik, ini semua bukan salahmu, ini nggak ada yang salah apalagi tendangan pinalti, ayo tetap semangat kawan” Sahut Rindra memberikan semangat kepada Diki.
            “Terimakasih teman-teman semua, mungkin ini juga salahku, sebenarnya aku ingin jadi kapten tim, tapi malah Rama yang jadi kapten, dari situ aku merasa iri dan tidak bisa main dengan baik, mungkin sekarang aku baru sadar bahwa Rama memang kapten yang nyata, aku juga nggak nyangka mempunyai sahabat seperti kalian, yang selalu mendukung di waktu senang maupun sedih meskipun aku dulu tidak baik kepada kalian semua” Balas Diki dengan terharu.
            “Santai saja Dik, kita semua pasti ada di keadaan apapun kita semua kan teman, yasudah mari kita ke kelas dan persiapan pulang ke rumah”
            “Oke semangat!” Sahut teman-teman Rama dengan penuh semangat meskipun mereka habis menelan kekalahan.
Mereka semua ke kelas berkemas-kemas dan pulang ke rumah masing-masing. Meskipun mereka menelan kekalahan tetapi mereka tidak nampak seperti kalah, karena antara mereka memang saling memberikan motivasi antara satu dengan yang lain. Mereka memang sahabat sejati dan mereka dapat mengisi kekurangan satu dan satunya.